Budaya Makanan dan Kebiasaan Pangan
Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing pulau memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda atau mirip dengan pulau atau daerah lain. Budaya dan adat istiadat yang unik di setiap daerah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara multikultural di dunia. Makanan yang ditawarkan dari setiap daerah pun berbeda-beda.
Makanan dapat dijadikan suatu sarana untuk menceritakan sejarah dari suatu daerah. Melalui makanan, dapat kemudian diteliti lebih lanjut seperti mengapa pada daerah tersebut suatu jenis makanan dibuat, adakah suatu alasan filosofis dibalik pembuatan makanan tersebut dan tata cara penyajiannya, dan lain sebagainya. Makanan kemudian menjadi memiliki nilai lebih dari sekadar alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pendalaman mengenai budaya makanan kemudian menjadi penting agar "sejarah" yang terkandung dalam setiap makanan di Indonesia tidak pudar, namun dapat diteruskan ke generasi selanjutnya. Hal ini sangat penting dilakukan pada zaman modern ini, karena jumlah kalangan muda yang tertarik pada sejarah atau budaya daerah semakin sedikit seiring berjalannya waktu. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk melestarikan budaya dari setiap daerah dan hal tersebut dapat dimulai dari pengenalan lebih dalam kuliner daerah kita.
Kebiasaan Pangan
Perbedaan jenis makanan serta kebiasaan pangan dari suatu daerah atau negara dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu;
- Agama: Beberapa agama membatasi penganutnya untuk mengkonsumsi suatu jenis makanan karena dianggap tidak layak atau tak sebaiknya dimakan karena alasan-alasan tertentu, sebagai contoh penganut Buddha tidak diperbolehkan memakan produk hewani, penganut Islam tidak diperbolehkan mengkonsumsi produk dari babi, dan penganut Hindu tidak diperbolehkan mengkonsumsi produk sapi.
- Ekonomi: Ekonomi merupakan skala besar dari kesejahteraan. Negara yang lebih maju akan memiliki kebiasaan pangan yang berbeda dengan negara yang masih berkembang, seperti kebiasaan pangan masyarakat Jepang dan Indonesia yang berbeda.
- Suku/Bangsa: Setiap negara atau daerah memiliki kebiasaan pangan yang berbeda-beda dan telah lama diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya. Sebagai contoh, etika makan yang baik di Jepang adalah menyeruput makanan yang disantap atau bersendawa setelah makan sebagai salah satu cara untuk menghargai makanan yang telah disantap dan pembuatnya. Sementara di Indonesia hal tersebut dianggap tidak sopan.
- Lingkungan/Keluarga: Keluarga atau lingkungan dapat mengatur atau mengarahkan kebiasaan pangan seseorang, secara khusus apabila aturan tersebut telah dilakukan sejak lama sehingga menjadi kebiasaan.
- Geografis: Tempat kita tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan pangan kita. Sebagai contoh, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir akan lebih banyak mengkonsumsi makanan dari laut karena lebih sering dan mudah untuk ditemukan. Kebiasaan tersebut dapat terjadi begitu saja atau pun karena keterpaksaan.
- Kebutuhan: Kebutuhan masing-masing orang berbeda-beda, begitu pula dengan makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, orang yang tiba-tiba alergi udang harus mulai membiasakan diri untuk tidak mengkonsumsi udang atau seorang atlit mungkin akan membutuhkan makanan dengan lebih banyak protein apabila dibandingkan dengan orang biasa.
- Pendidikan: Pengetahuan seseorang mampu mengubah kebiasaan pangan yang telah lama dianut. Sebagai contoh, apabila kita mengetahui bahwa zat X adalah zat yang berbahaya, maka kita akan menjadi lebih kritis dalam memilih makanan sehingga tidak akan mengkonsumsi makanan dengan zat X.
- Umur: Semakin bertambahnya umur, pola dan kebiasaan pangan berubah. Jenis makanan yang kita dapat makan pun berubah. Sebagai contoh, beberapa lansia tidak dapat lagi mengkonsumsi makanan keras, sehingga harus mengkonsumsi makanan lunak, seperti bubur.
- Teknologi: Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak jenis makanan baru yang timbul, seperti molecular gastronomy, makanan fusion, dan lain sebagainya.
- Kesejahteraan: Semakin sejahtera seseorang, keinginannya untuk mengkonsumsi makanan yang lebih mahal atau berkelas akan timbul. Hal ini dapat disebabkan oleh alasan untuk menjaga image atau gengsi.
- Kepercayaan: Hal ini berbeda dengan agama. Kepercayaan yang dimaksud dapat dicontohkan seperti apabila memakan buah A akan menjadi langsing dalam seminggu, atau apabila meminum jus dari buah B akan memutihkan kulit, dan lain sebagainya.
Komentar
Posting Komentar