Distribusi Subnasional Ukuran Lahan Rata-Rata dan Kontribusi Petani Kecil terhadap Produksi Pangan Global
Populasi manusia yang kian meningkat membutuhkan peningkatan produksi makanan
pula. DIperkirakan untuk memenuhi kebutuhan pangan tahun 2050, dibutuhkan peningkatan produksi pangan sebanyak 70%. Pada negara berkembang, pertanian kecil mendominasi sistem
agrikultur. Pertanian kecil mampu menghasilkan lebih dari 50 persen total pemenuhan kalori dunia. Di saat yang bersamaan, terdapat tujuan pembangunan keberlanjutan (SDGs) untuk mengurangi kemiskinan dengan cara pemenuhan kebutuhan petani kecil melalui kebijakan-kebijakan. Oleh sebab itu, dilakukan klasifikasi dan pemetaan sistem
pertanian global demi menciptakan kebijakan yang lebih efektif. Samberg, et al pada tahun 2016 memetakan pemusatan rumah tangga usaha pertanian skala subnasional di
negara-negara di Amerika Latin, Sub-Sahara Afrika, serta daerah Asia Timur dan Asia Selatan. Pertanian pada keempat daerah tersebut mampu menghasilkan
mencakup hampir 90 persen dari pertanian dunia.
Samberg et al. mengambil data
sensus rumah tangga dari IPUMS atau Integrated Public Use Microdata Series International. Data-data yang didapatkan disusun berdasarkan United Nations’ International
Standard Industrial Classification of All Economic Activities untuk mendapatkan variabel-variabel yang kemudian menentukan pekerjaan para responden. Luas pertanian pada keempat daerah didapatkan melalui MODIS atau Moderate Resolution Imaging
Spectroradioeter.Data yang didapatkan kemudian diklarifikasi dengan data dari FAO. Sementara kontribusi petani didapatkan melalui database tanaman dari
EarthStat.
Berdasarkan data yang ada, didapati pada 44 negara terdapat 391 juta
pertanian dimana sekitar 85% diperkirakan merupakan pertanian kecil. Sebagian besar pertanian terdapat di Asia (82%, dimana 89% merupakan pertanian kecil), diikuti oleh Afrika (14%, 11% merupakan pertanian kecil), kemudian Amerika Latin (4% 1% merupakan pertanian kecil). Setiap lahan yang dimiliki para petani tidak sama.
Produksi pangan yang dihasilkan oleh pertanian kecil mampu mencukupi 90 persen total kebutuhan kalori wilayah tersebut. Sementara di sub-Sahara Afrika, setengah dari kebutuhan kalori mampu dihasilkan oleh hasil dari pertanian kecil. Hal tersebut berkebalikan dengan Amerika Latin, dimana 70 persen kalori makanan jutru dipenuhi dari hasil pertanian
besar, sementara pertanian kecil hanya mampu memproduksi kurang
dari tujuh persen kebutuhan kalori.
Sayangnya, pertanian kecil sering tertutup oleh pertanian besar. Padahal, pertanian kecil dangat berpengaruh terhadap keberlanjutan pagan suatu daerah. Sebesar dua pertiga masyarakat miskin merupakan petani kecil atau pekerja di pertanian dengan gaji yang rendah. Selain itu, petani kecil juga mengalami kesusahan dalam akses pendidikan, perawatan kesehatan,
air bersih serta sanitasi. Akses yang terganggu untuk menuju ke daerah perkotaan menyebabkan penurunan pada peluang ekonomi para petani kecil. Meskipun terdapat akses pun, para petani kecil membutuhkan biaya transportasi yang cukup besar untuk menempuh perjalanan yang jauh.
Bagaimana dengan Indonesia?
93% pertanian
di Indonesia merupakan pertanian kecil.
Sebagian besar lahan pertanian kecil digunakan untuk menanam kelapa sawit yang mampu menghasilkan 35%
dari
total produksi minyak kelapa sawit sedunia. Selain kelapa sawit, lahan juga digunakan untuk memproduksi beras yang mampu menghasilkan 90% total produksi beras di
Indonesia sendiri. Petani kecil berperan penting dalam ketahanan pangan, penurunan angka
kemiskinan, serta keberlanjutan pertanian. Namun, sayangnya kondisi petani kecil tidak terlalu bagus dan tidak diperhatikan. Sehingga pemerintah menerbitkan UU nomor 19 tahun 2013 tentang
perlindungan dan pemberdayaan petani, yang mengatur mengenai hak petani
terhadap lahan, benih, pengetahuan dan teknologi pertanian, pangan, dan
cara berorganisasi.
Komentar
Posting Komentar